Pengetahuan dan Pajak


Pengetahuan itu bagus. Pengetahuan akan sesuatu hal yang berada di luar sudut pandangmu itu bagus.

‘Anak-anak farmasi itu hebat lho, waktu aku kkn dulu, mereka nemu rumput-rumputan aja langsung bilang, “wah, ini sih bisa jadi tanaman obat. Terus mereka langsung ngajarin ibu-ibu yang ada disana gituh. Kita sih yang dari anak manajemen, nggak ngerti apa-apa.’

Wow.

Ulangi sekali lagi.

WOOOW.

Yak, baru sekali ini saya mendengar sseseorang berbicara seperti itu. Di depan saya. Kepada saya.

Akhirnya, setelah menjalani kehidupan kuliah yang terasa memuakkan menakjubkan selama lima semester ini, saya menemukan suatu fakta yang berguna tentang omongkosong kuliah yang saya jalani selama ini.

Ternyata kuliah di farmasi bisa menjadikan kamu tampak keren di depan cowok manajemen angkatan atas yang tampangnya di atas rata-rata berguna di saat KKN.

Ehem.

Maksudnya adalah, ternyata kita bisa mendapatkan kesempatan untuk show off di depan anak fakultas lain berguna bagi masyarakat. Dalam arti sesungguhnya dan tanpa dibayar.

Yap, ilmu kita adalah ilmu terapan, aplikatif, dan sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari.

Meski sangat susah untuk dipelajari.

Oke, mungkin kalimat yang terakhir hanya berlaku untuk saya saja. Yap, saya si dodol yang mengira bahwa kalau obat sudah masuk ke dalam darah berarti sudah berefek (salah besar, karena ternyata harus berikatan / berada di tempat beraksinya dulu). Dan jika ditanya, absorpsi itu apa? Saya akan menjawab. “saat obat masuk ke pembuluh darah”. Sudah. Titik. End of conversation.

At least, it’s good to know that someone think you are cool, right? (—you= mahasiswa farmasi yang menganggap dirinya nerd or, unrecognized oleh anak fakultas lain)

Whoa, ternyata mereka berpikir kita ini lumayan hebat loh!!!

Ehem. Kembali ke awal.

Tahukah kamu, terkadang hanya ketidaktahuan lah, yang tidak membuatmu sakit hati?

Contohnya saya. Saya sudah sering mendengar pajak. Saya sudah sering mendengar bahwa pendapatan terbesar negara kita berasal dari pajak. Yang sebenarnya, berarti, kita menyumbangkan ‘cukup banyak’ untuk negara ini.

Yang saya tidak tahu adalah, apa arti dari ‘cukup banyak’ tersebut.

Tahukah kamu, kalau kita dipungut pajak sebesar:

a. 10% saat makan di restoran.

b. 25% saat kita memenangkan hadiah tanpa usaha(tanpa usaha).

c. 10% saat kita memenangkan hadiah dengan usaha.

Misalnya saat kamu

d. 3000 atau 6000 rupiah saat menggunakan materai.

e. 10% dari laba kotor perusahaan dengan laba kotor min.600 juta

f. Fiskal saat kamu hendak ke luar negri

g. Belum lagi pajak yang tidak saya ketahui besar nominalnya seperti PPB, PPh, PKB(yang berbanding lurus dengan kemewahan dari kendaraan yang kamu miliki)

Wow. Pantas saja pemerintah begitu gencar menyuruh masyarakatnya untuk memiliki NPWP.

Cyber World


Sudah lama juga nggak nulis. Hampir dua minggu. Well, nothing really happens, actually. In fact, I still can’t get rid of my feeling towards my ex (not so surprising), I finally made my first attempt to sign in for a scholarship after my GPA is in the range that I wanted to, and... I lost a lot of news.

Yep, news.

Not a kind of news like A is having an affair with B, or who is broken with who, no.

News that i mean is NEWS.

News that’s broadcasted on tv, that saying Swallow’s Factory got burned, Obama delayed his visit to Indonesia, and the terorism in Indonesia.

Hey, I don’t even know Obama is coming!!

And terorism in Aceh? Huh, what on earth are they doing now?

I know nothing. And I feel bad about it.

Not only for being unable to catch up the news, but also for realizing the reason behind.

I’m too busy with college, practical lab, duty and other, true.

But being too busy with my feeling towards certain person? That can’t be even truer.

But yes. It is.

This entire week was almost fulfilled with hatred, sadness, and depression. Not only that I desperately chasing someone who’s never come back to me, but I even lied to get the signature that I’ve been waiting for a whole day (though I didn’t really regret it).

I haven’t worked on my reports, and assignments, yet.

I do have to change. Obviously.

Think out of the box, look around, and change my mind.

Yes, that’s right. I can, and I will fix everything.

I promise myself.

Brand New Day


It’s always good to be back to routinity. Cause daily routine makes you forget.

Hahahaha. Hell, yeah.

Hari ini untuk pertama kalinya dalam satu semester saya praktikum.

Kembali praktikum berarti kembali pretest, kembali berada di lab selama empat jam nonstop dengan teman – teman satu kelompok dan golongan praktikum.

Kembali pada auksokrom, kromofor, dan pergeseran batokromik.

Dan entah kenapa, semua membuat saya merasa lega, dan baik-baik saja.

Dunia berputar. Rutinitas berjalan.

Dan saya bersyukur.

Bersyukur bahwa, setelah apa yang telah terjadi, Tuhan masih begitu baik sama saya.

Ia memberikan saya peluang untuk kembali, to keep on track bukannya malah terus-terusan terjebak masa lalu.

Juga memberikan kepada saya teman-teman praktikum yang baik, mereka tidak bertanya apapun meski mereka mengetahui.

Dan memberi saya kekuatan mengetahui dan membaca, tanpa rasa sedih berlebih lagi.

Tuhan, Engkaulah yang maha membolak-balikkan hati.

Terima kasih, Tuhan. Tempatkanlah saya selalu dalam perlindunganmu, ya Allah.

Amin.